Rabu, 16 November 2016

JENIS PONDASI BERDASARKAN STRUKTUR

JENIS-JENIS PONDASI                                                                                                      
         Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah disekitar bangunan, sedangkan kedalaman pondasi ditentukan oleh letak tanah padat yang mendukung pondasi. Jika terletak pada tanah miring lebih dari 10%, maka pondasi bangunan tersebut harus dibuat rata atau dibentuk tangga dengan bagian bawah dan atas rata. Jenis pondasi dibagi menjadi 2, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam.   
1. PONDASI DANGKAL    
      Pondasi dangkal biasanya dibuat  dekat dengan permukaan tanah, umumnya  kedalaman pondasi didirikan  kurang 1/3 dari lebar pondasi sampai dengan kedalaman kurang dari 3 m.  Kedalaman pondasi dangkal ini bukan aturan yang baku, tetapi merupakan sebagai pedoman. Pada dasarnya, permukaan pembebanan atau kondisi permukaan lainnya akan mempengaruhi kapasitas daya dukung pondasi dangkal.  Pondasi dangkal biasanya digunakan ketika tanah permukaan yang cukup kuat dan kaku untuk mendukung beban yang dikenakan dimana jenis struktur yang didukungnya tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu tinggi, pondasi dangkal  umumnya tidak cocok dalam tanah kompresif yang lemah atau sangat buruk, seperti tanah urug dengan kepadatan yang buruk ,  pondasi dangkal juga tidak cocok untuk jenis tanah gambut, lapisan tanah muda  dan jenis tanah deposito aluvial, dll.Apabila kedalaman alas pondasi (Df) dibagi lebar terkecil alas pondasi (B) kurang dari 4, (Df/B < 4) dan apabila letak tanah baik (kapasitas dukung ijin tanah > 2,0 kg/cm2) relatif dangkal (0,6-2,0 m) maka digunakan pondasi ini. Pondasi dangkal juga digunakan bila bangunan yang berada di atasnya tidak terlalu besar. Rumah sederhana misalnya. Pondasi ini juga bisa dipakai untuk bangunan umum lainnya yang berada di atas tanah yang keras. Yang termasuk dalam pondasi dangkal adalah sebahai berikut :
  • Pondasi Tapak (Pad Foundations), Pondasi tapak (pad foundation)  digunakan untuk mendukung beban titik individual seperti  kolom struktural. Pondasi pad ini dapat dibuat dalam bentuk bukatan (melingkar), persegi atau rectangular. Jenis pondasi ini  biasanya terdiri dari lapisan beton bertulang dengan  ketebalan yang seragam, tetapi pondasi pad  dapat juga dibuat dalam bentuk bertingkat  atau haunched jika pondasi ini dibutuhkan   untuk menyebarkan beban dari kolom berat. Pondasi  tapak disamping diterapkan dalam pondasi dangkal dapat juga digunakan untuk pondasi dalam.
    PONDASI TAPAK
  • Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang (Strip Foundations), Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah jenis pondasi yangdigunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau beban kolom  dimana penempatan kolom  dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural. 
    PONDASI JALUR

  • Pondasi Tikar (Raft foundations), Pondasi tikar/ pondasi raft   digunakan untuk menyebarkan beban dari struktur atas area yang luas, biasanya dibuat untuk seluruh area struktur.  Pondasi raft digunakan ketika beban kolom atau beban struktural lainnya berdekatan dan pondasi pada saling berinteraksi. Pondasi raft  biasanya terdiri dari pelat beton bertulang  yang membentang pada luasan yang ditentukan. Pondasi raft memiliki keunggulan mengurangi penurunan setempat  dimana  plat beton akan mengimbangi  gerakan diferensial antara posisi beban.  Pondasi raft sering dipergunakan pada tanah lunak atau longgar dengan kapasitas daya tahan  rendah karena pondasi radft  dapat menyebarkan beban di area yang lebih besar. 
    PONDASI TIKAR
  • Pondasi Rakit/ Raft Foundation, Pondasi rakit adalah plat beton besar yang digunakan untuk mengantar permukaan dari satu atau lebih kolom di dalam beberapa garis/ beberapa jalur dengan tanah. Digunakan di tanah lunak atau susunan jarak kolomnya sangat dekat di semua arahnya, bila memakai telapak, sisinya berhimpit satu sama lain. 
    PONDASI RAKIT
  • Pondasi Sumuran, Pondasi sumuran atau cyclop beton menggunakan beton berdiameter 60 – 80 cm dengan kedalaman 1 – 2 meter. Di dalamnya dicor beton yang kemudian dicampur dengan batu kali dan sedikit pembesian dibagian atasnya. Pondasi ini kurang populer sebab banyak kekurangannya, diantaranya boros adukan beton dan untuk ukuran sloof haruslah besar. Hal tersebut membuat pondasi ini kurang diminati. Pondasi sumuran dipakai untuk tanah yang labil, dengan sigma lebih kecil dari 1,50 kg/cm2. Seperti bekas tanah timbunan sampah, lokasi tanah yang berlumpur. Pada bagian atas pondasi yang mendekati sloof, diberi pembesian untuk mengikat sloof.  
    PONDASI SUMURAN
  • Pondasi Umpak, Pondasi ini diletakan diatas tanah yang telah padat atau keras. Sistem dan jenis pondasi ini sampai sekarang terkadang masih digunakan, tetapi ditopang oleh pondasi batu kali yang berada di dalam tanah dan sloof sebagai pengikat struktur, serta angkur yang masuk kedalam as umpak kayu atau umpak batu dari bagian bawah umpaknya atau tiangnya. Pondasi ini membentuk rigitifitas struktur yang dilunakkan, sehingga sistim membuat bangunan dapat menyelaraskan goyangan goyangan yang terjadi pada permukaan tanah, sehingga bangunan tidak akan patah pada tiang-tiangnya jika terjadi gempa.
    PONDASI UMPAK
  • Pondasi Plat Beton Lajur,
    Pondasi plat beton lajur adalah pondasi yang digunakan untuk mendukung sederetan kolom Pondasi plat beton lajur sangat kuat, sebab seluruhnya terdiri dari beton bertulang dan harganya lebih murah dibandingkan dengan pondasi batu kali. Ukuran lebar pondasi lajur ini sama dengan lebar bawah dari pondasi batu kali, yaitu 70 Cm. Sebab fungsi pondasi plat beton lajur adalah pengganti pondasi batu kali. berjarak dekat dengan telapak, sisinya berhimpit satu sama lain.
    PONDASI PLAT BETON LAJUR


2. PONDASI DALAM                                                                                                                            
              Pondasi dalam adalah pondasi yang didirikan  permukaan tanah dengan kedalam tertentu dimana daya dukung dasar pondasi dipengaruhi oleh beban struktural dan  kondisi permukaan tanah, pondasi dalam biasanya dipasang  pada kedalaman lebih dari  3 m di bawah elevasi permukaan tanah.  Pondasi dalam dapat dijumpai dalam bentuk pondasi tiang pancang, dinding pancang  dan caissons atau pondasi kompensasi .   Pondasi dalam dapat digunakan untuk mentransfer beban ke lapisan  yang lebih dalam untuk mencapai kedalam yang tertentu sampai didapat jenis tanah yang mendukung daya beban strutur bangunan sehingga jenis tanah yang tidak cocok di dekat permukaan tanah dapat dihindari. Apabila lapisan atas berupa tanah lunak dan terdapat lapisan tanah yang keras yang dalam maka dibuat pondasi tiang pancang yang dimasukkan ke dalam sehingga mencapai tanah keras (Df/B >10 m), tiang-tiang tersebut disatukan oleh poer/pile cap. Pondasi ini juga dipakai pada bangunan dengan bentangan yang cukup lebar (jarak antar kolom 6m) dan bangunan bertingkat. Yang termasuk didalam pondasi ini antara lain pondasi tiang pancang(beton, besi, pipa baja), pondasi sumuran, pondasi borpile dan lain-lain. Jenis-jenis pondasi dalam adalah sebagai berikut :                                                                                               
  • Pondasi Tiang Pancang , Pada dasarnya sama dengan bore pile, hanya saja yang membedakan bahan dasarnya. Tiang pancang menggunakan beton jadi yang langsung ditancapkan langsung ketanah dengan menggunakan mesin pemancang. Karena ujung tiang pancang lancip menyerupai paku, oleh karena itu tiang pancang tidak memerlukan proses pengeboran. Pondasi tiang pancang dipergunakan pada tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan kondisi daya dukung tanah (sigma tanah) kecil, kondisi air tanah tinggi dan tanah keras pada posisi sangat dalam. Bahan untuk pondasi tiang pancang adalah : bamboo, kayu besi/ kayu ulin, baja, dan beton bertulang. 
    PONDASI TIANG PANCANG
  • Pondasi Piers  (dinding diafragma)  Pondasi piers adalah pondasi untuk meneruskan beban berat struktural yang dibuat dengan cara  melakukan penggalian dalam, kemudian struktur pondasi pier dipasangkan kedalam galian tersebut. Satu keuntungan pondasi pier  adalah bahwa pondasi jenis ini lebih murah dibandingkan dengan  membangun pondasi dengan jenis pondasi menerus, hanya kerugian yang dialami adalah jika lempengan pondasi yang sudah dibuat mengalami kekurangan ukuran maka kekuatan jenis pondasi tidak menjadi normal.  Pondasi pier  standar dapat dibuat dari beton bertulang pre cast. Karena itu, aturan perencanaan  pondasi pier terhadap balok beton diafragman  adalah mengikuti   setiap  ukuran ketinggian pondasi yang direncanakan.   Pondasi pier dapat divisualisasikan sebagai bentuk tabel ,  struktur adalah sistem kolom vertikal yang terbuat dari beton bertulang ditempatkan di bawah bangunan yang ditanamkan dibawah tanah yang sudah digali.  Lempengan beton diafragma  ini mentransfer beban bangunan terhadap  tanah.  Balok dibangun di atas dinding diafragma vertikal (pondasi pier) yang menahan dinding rumah atau struktur. Banyak rumah  didukung sepenuhnya dengan jenis pondasi ini, dimana beton yang dipasang  juga berguna sebagai dinding pada ruang bawah tanah, dimana ruang tersebut digunakan sebagai gudang penyimpanan atau taman.  Beton pondasi pier biasanya dibuat dalam bentuk pre cast dalam berbagai ukuran dan bentuk, dimana sering dijumpai dalam bentuk persegi memanjang dengan ketinggian sesuai dengan ukuran kedalaman yang diperlukan. Tapi beton dapat juga dibuat dalam bentuk bulatan. Setelah beton bertulang cukup kering kemudian di masukkan ke dalam tanah yang sudah digali  dan disusun secara bersambungan.  Setelah tersusun dengan baik kemudian baru dilanjutkan dengan konstruksi diatasnya. 
    PONDASI PIERS
  • Pondasi Caissons (Bor Pile), Pondasi bor pile adalah bentuk pondasi dalam yang dibangun di dalam permukaan tanah, pondasi di tempatkan sampai ke dalaman yang dibutuhkan dengan cara membuat lobang dengan sistim pengeboran  atau pengerukan tanah. Setelah kedalaman sudah didapatkan kemudian pondasi pile dilakukan dengan pengecoran beton bertulang terhadap lobang yang sudah di bor. Sisitim pengeboran dapat dialakukan dalam berbagai jenis baik sistim maual maupun sistim hidrolik. Besar  diameter dan kedalaman galian dan juga sistim penulangan beton bertulang didesain berdasarkan daya dukung tanah dan beban yang akan dipikul. Fungsional pondasi ini juga hampir sama pondasi pile yang mana juga ditujukan untuk  menahan beban  struktur melawan gaya angkat dan juga membantu struktur dalam melawan kekuatan gaya lateral dan gaya guling.

Selasa, 15 November 2016

8 ELEMEN PERENCANAAN KOTA

ELEMEN RANCANG KOTA

Hamid shirvani (1985), mengklasifikasikan elemen urban design dalam delapan kategori sebagai berikut :
1. Tata Guna Lahan ( Land Use)
Pada prinsipnya land use adalah pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga secara umum dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana daerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya berfungsi. 
Land use bermanfaat untuk pengembangan sekaligus pengendalian investasi pembangunan. Pada skala makro, land use lebih bersifat multifungsi / mixed use.
Beberapa keuntungan dan kelemahan dalam penataan land use menggunakan pendekatan fungsional adalah :
a.   Menjamin keamanan dan kenyamanan atas dampak negatif karena saling pengaruh antar zona.
b.    Pengelompokan kegiatan, fungsi dan karakter tertentu pada tiap zona yang terpisah mempermudah penataan dan perencanaan land use mikro (horizontal maupun vertikal).
c.    Memudahkan implementasi dan kontrol.
d.    Terpisahnya masing-masing zona menjadikan jarak antar berbagai kegiatan jauh, dibutuhkan sarana transportasi yang lebih memadai untuk mengantisipasi terjadinya kepadatan lalu - lintas yang tinggi pada jam-jam berangkat-pulang kerja.
e.    Terjadi kesenjangan keramahan kawasan, memunculkan perbedaan yang tinggi pada harga lahan.
f.     Kepadatan zona tidak seimbang, pemanfaatan lahan tidak optimal.


2.         Bentuk Dan Massa Bangunan (Building Form And Massing)
Bentuk dan masa bangunan tidak semata - mata ditentukan oleh ketinggian atau besarnya bangunan, penampilan maupun konfigurasi dari masa bangunannya, akan tetapi ditentukan juga oleh :
a.    Besaran Bangunan
b.    Intensitas bangunan : BCR dan FAR.
c.    Ketinggian bangunan.
d.    Sempadan Bangunan
e.    Ragam - Fasade
f.     Skala
g.    Material
h.    Tekstur, dan 
i.      warna

3.         Sirkulasi dan Parkir (Circulation And Parking )
Masalah sirkulasi kota merupakan persoalan yang membutuhkan pemikiran mendasar, antara prasarana jalan yang tersedia, bentuk struktur kota, fasilitas pelayanan umum dan jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat. Diperlukan suatu manajemen transportasi yang menyeluruh terkait dengan aspek-aspek tersebut. 
Di sebagian besar negara maju sudah dicanangkan atau digencarkan penggunaan moda transportasi umum (mass transport) dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Selain penghematan BBM. Langkah ini akan membantu pengurangan pencemaran udara kota berupa partikel beracun (CO2 misalnya) maupun kebisingan dan bahaya lalu lintas lainnya. Kebijakan ini mengarah terciptanya suatu lingkungan kota menuju kondisi minimalis transportasi (zero transportation). 
Selain kebutuhan ruang untuk bergerak, moda transport juga membutuhkan tempat untuk berhenti (parkir).Kebutuhan parkir semakin meingkat terutama di pusat-pusat kegiatan kota (CBD). Sarana pergerakan, atau sirkulasi, merupakan media bagi manusia dalam melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karenanya, keberadaan sarana pergerakan pada suatu ruang kota-jalur jalan dan system pergerakan tidak terlepas dari tata bangunan dan ruang ruang terbuka, serta kondisi masyarakatnya.
Elemen sirkulasi dalam urban design merupakan alat yang sangat menentukan struktur lingkungan urban, karena dapat membentuk, mengarahkan dan mengontrol pola aktivitas dalam kota. Teknik perancangannnya meliputi tiga prinsip utama:
a.    Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka visual yang positif
b.    Jalan harus mampu memberikan orientasi kepada pengemudi dan membuat lingkungan tersebut terbaca secara informatif. 
c.    Sektor publik dan privat harus membina hubungan untuk mencapai sasaran ini.

A.  Pola, Struktur dan Perlengkapan Jalan
a.    Secara garis besar pola jaringan jalan terdiri dari Pola Papan Catur, Radial, Lingkaran, dan Cul-desac
b.    Struktur jalan terdiri dari :
                                          i.    Badan Jalan ( daerah sirkulasi kendaraan )
                                         ii.    Bahu Jalan ( daerah sirkulasi pejalan kaki, tempat perlengkapan jalan, utilitas dan penghijauan )
c.    Perlengkapan jalan terdiri dari :
                                          i.    Penerangan jalan
                                         ii.    Rambu lalu lintas
                                        iii.    Halte
                                       iv.    Telepon Umum
                                        v.    Bangku-bangku
                                       vi.    Tanaman
                                      vii.    Papan Reklame

B.  Aspek Lalu Lintas
Kelancaran, keamanan dan kenyamanan suatu jalur jalan sangat ditentukan oleh kondisi lalu lintas yang menyangkut :
a.    Rambu rambu lain
b.    Arah lalu lintas
c.    Kecepatan lalu lintas
d.    Kepadatan lalu lintas
e.    Jenis moda angkutan
f.     Kondisi jalan 
g.    Perparkiran

C.  Perparkiran
Perparkiran merupakan unsur pendukung system sirkulasi kota, yang menentukan hidup tidaknya suatu kawasan ( kawasan komersial, kawasan pusat kota, dll ). Perencanaan tempat parkir menurut Irvine ( Shirvani, 1981 ), harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a.    Keberadaan strukturnya tidak mengganggu aktifitas di sekitarnya, mendukung kegiatan street level dan menambah kualitas visual lingkungan 
b.    Pendekataan program penggunaan berganda ( time sharing )
c.    Pengadaan tempat parkir khusus bagi suatu perusahaan atau instansi yang sebagian besar karyawannya berkendaraan.
d.    Parkir progresif (semakin lama parkira, semakin mahal pula biaya parker) 
Lokasi kantong parkir seyoganya ditempatkan pada jarak jangkau yang layak bagi para pejalan kaki. Sistem perletakan parkir diharapkan dapat secara maksimal mempersingkat jarak jalan kaki menuju jalur pedestrian.
Masalah perpakiran memiliki dua pengaruh langsung terhadap kualitas lingkungan yaitu:
a.    Kelangsungan hidup aktivitas komersial.
b.    Dampak visual terhadap bentuk fisik kota.
Dua hal penting yang harus diperhatikan dalam setiap agenda urban design adalah akses terhadap daerah milik pribadi dan area parkir. Penyediaan area parkir yang memadai dengan dampak visual terkecil sangat penting dalam keberhasilan urban design. Beberapa cara mengatasinya adalah:
a.    Penyediaan lokasi parkir disuatu area yang secara struktur tidak didesain untuk penyediaan area parkir. Dalam hal ini perlu adanya regulasi yang menetapkan keharusan untuk merencanakan area parkir dalam bagian dari perencanaan struktur yang baru.
b.    Multiple use program, yaitu memaksimalkan penggunaan parkir yang telah ada dengan cara membuat program yang memungkinkan berbagai penggunaan dan menarik orang-orang berbeda pada saat yang berlainan.
c.    Packege plan parking yaitu sebuah bisnis besar atau beberapa bisnis dapat bergabung untuk membentuk districts perparkiran atau menyediakan beberapa blok terpisah untuk area parkir sepanjang hari.
d.    Urban edge parking yaitu area parkir yang dibuat di tepi suatu wilayah kota.
Prinsip utama dalam mendesain jaringan transportasi (jalan raya) sebagai bagian urban space adalah adalah bahwa jalan seharusnya didesain menjadi ruang terbuka yang memiliki pemandangan yang lebih baik antara lain :
j.      Bersih dan elemen lansekap yang menarik.
k.    Persyaratan ketinggian dan garis sempadan bangunan yang berdekatan dengan jalan.
l.      Pengaturan parkir dipinggir jalan dan tanaman yang berfungsi sebagai penyekat jalan.
m.   Meningkatkan lingkungan alami yang terlihat dari jalan.

4.         Ruang Terbuka ( Open Space )
Ruang terbuka bisa menyangkut lansekap; elemen keras (hardscape yang meliputi : jalan, trotoar dsb) serta elemen lunak (softscape) berupa taman dan ruang rekreasi dikawasan kota. Elemen-elemen terbuka juga menyangkut lapangan hijau, ruang hijau kota, pohon-pohonan, pagar, tanam-tanaman air, penerangan, paving, kios-kios, tempat-tempat sampah, air minum, sculpture, jam dsb. 

5.         Area Pedestrian  ( Pedestrian area )
Sistem pedestrian yang baik akan mengurangi keterikatan terhadap kendaraan dikawasan pusat kota, mempertinggi kualitas lingkungan melalui sistem perancangan yang manusiawi, menciptakan kegiatan pedagang kaki limayang lebih banyak dan akhirnya akan membantu kualitas udara di kawasan tersebut.

6.         Tanda-tanda ( signage )
Tanda- tanda petunjuk jalan, arah kesuatu kawasan tertentu pada jalan tol atau di jalan kawasan pusat kotasemakin membuat semarak atmosfir lingkungan kotatersebut. Peraturan yang mengatur tentang tanda-tanda tersebut sebagian kota Indonesia masih belum sepenuhnya diatur hingga pada masalah teknis. Akibatnya perkembangan papan-papan reklame terutama, mengalami persaingan yang berlebihan,baik dalam penempatan titik-titiknya, dimensi atau ukuran billboardnya, kecocokan bentuk, dan pengaruh visual terhadap lingkungan kota.
Rambu-rambu yang terdesain dengan baik turut mendukung karakter dari penampilan gedung sekaligus menghidupkan jalanan, selain memberikan informasi barang dan jasa bisnis pribadi (Long Beach dalam Arifiani, 2001).

7.         Pendukung Kegiatan ( activity support )
Pendukung kegiatan adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan lahan dan kegiatan-kegiatannya. Pendukung kegiatan tidak hanya menyediakan jalan, pedestrian atau plaza, tetapi juga harus mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen-elemen kota yang dapat menggerakkan aktivitas, misalnya : pusat perbelanjaan, taman rekreasi, pusat perkantoran, perpustakaan, area PKL, dsb.
Bentuk, lokasi dan karakter area spesifik akan menarik fungsi, penggunaan dan aktivitas yang spesifik pula, sehingga suatu aktivitas cenderung berlokasi ditempat yang paling sesuai dengannya.

8.         Konservasi ( Concervation ) - Perlindungan
Konservasi suatu individual bangunan harus selalu dikaitkan dengan keseluruhan kota. Konsep tentang konservasi kota memperhatikan aspek : bangunan-bangunan tunggal, struktur dan gaya arsitektur, hal yang berkaitan dengan kegunaan, umur bangunan atau kelayakan bangunan
Beberapa kategori konservasi :
a.    Preservasi ( Preservation ) - Pelestarian
Menjaga dan melestarikan bangunan kuno dari kerusakan, pembongkaran dan perubahan apapun. Dalam preservasi tidak boleh mengganti elemen aslinya dengan lainnya.
b.    Konservasi ( Concervation )
Suatu strategi atau kegiatan menangani secara preventif terhadap kehancuran bangunan kuno. Memperbaikinya agar dapat bertahan lebih lama dengan mengganti beberapa elemen yang sudah rusak dengan elemen baru seperti aslinya.
c.    Rehabilitasi ( Rehabilitation )
Mengembalikan bangunan-bangunan kuno yang tidak berfungsi menjadi lebih berfungsi dengan merestorasi utilitas yang diperlukan dan meningkatkan esensi kegunaanya.
d.    Revitalisasi ( Revitalitation )
Merupakan bagian konservasi melalui pengembangan fungsi. Secara fisik bangunan di konservasi tetapi fungsi yang dikembangkan biasanya  berbeda dengan fungsi aslinya.
e.    Peningkatan ( Improvement )
Kegiatan yang dapat meningkatkan nilai, penampilan, tingkat kenyamanan, utilitas yang memenuhi standar teknis, dan tingkat efisiensi baik secara fisik, sosial budaya, nilai ekonomi bangunan maupun kawasan kota.

Selain ke 8 elemen rancang kota di atas, terdapat beberapa elemen lain yang penting diperhatikan dalam perancangan kota. Kevin Lynchmenyatakan bahwa image kota dibentuk oleh 5 elemen pembentuk wajah kota, yaitu:
1)    Paths
Adalah suatu garis penghubung yang memungkinkan orang bergerak dengan mudah. Paths berupa jalur, jalur pejalan kaki, kanal, rel kereta api, dan yang lainnya.

2)    Edges - Pembatas
Adalah elemen yang berupa jalur memanjang tetapi tidak berupa paths yang merupakan batas antara 2 jenis fase kegiatan. Edgesberupa dinding, pantai, hutan kota, dan lain-lain.

3)    Districts - Kawasan
Districts hanya bisa dirasakan ketika orang memasukinya, atau bisa dirasakan dari luar apabila memiliki kesan visual. Artinya districts bisa dikenali karena adanya suatu karakteristik kegiatan dalam suatu wilayah.

4)    Nodes – Simpul – Pertemuan / simpang lalu-lintas
Adalah berupa titik dimana orang memiliki pilihan untuk memasuki districts yang berbeda. Sebuah titik konsentrasi dimana transportasi memecah, paths menyebar dan tempat mengumpulnya karakter fisik.

5)    Landmark – tetenger / tugu
Adalah titik pedoman obyek fisik. Berupa fisik natural yaitu gunung, bukit dan fisik buatan seperti menara, gedung, sculpture,kubah dan lain-lain sehingga orang bisa dengan mudah mengorientasikan diri di dalam suatu kota atau kawasan.

Gambar Image kota